PESAN ABAH HABIB LUTHFI BIN ALI BIN HASYIM BIN YAHYA "Hormati Pemerintah"
Oct 9, 2019
"HORMATI PEMERINTAH"
Pesan Abah Habib Luthfi bin Yahya
Para shufi selama berabad-abad telah meninggalkan cerita tentang kebijaksanaan mereka berhubungan dengan raja-raja dan penguasa. Kisah Imam al-Bashri dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, al-Junaid, al-Bisthami dan al-Karkhi dengan tokoh penguasa semasanya. Meski begitu, saat ini masih ada sebagian kiai yang mengambil posisi selalu berhadap-hadapan, mengkritik pejabat dengan alasan itu yang diajarkan para ulama kita dahulu untuk selalu mengambil posisi berjarak dgn pemerintah.
Karena alasan itu, masih ada penceramah yang menjamah kehormatan pejabat dan mencabik-cabik nama baiknya di hadapan khalayak, dengan alasan mengkritik pejabat adalah ajaran para ulama dahulu dan yang telah mereka contohkan.
Abah Habib Luthfi mengecam keras pandangan seperti itu.
Menurut Abah Habib Luthfi, para ulama dahulu sebagian bersikap demikian karena sistem pemerintah saat itu berbeda dengan sekarang. Dahulu bersifat monarki dan rakyat sama sekali tidak dapat terlibat dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah. Saat ini kita hidup dalam alam demokrasi, dimana peran aktif masyarakat dan tokoh agama sangat penting untuk memberi pertimbangan kepada para pejabat pemerintah dalam menentukan kebijakan. Karena melalui aspirasi masyarakat dan masukan-masukan dari kaum cerdik pandai pemerintah bisa mengambil policy yang tepat.
Pendirian Abah Habib Luthfi seperti ini pada era Orde Baru tentu tidak populis, hampir semua kiai mengambil posisi berhadap-hadapan atau paling tidak acuh terhadap penguasa
Seorang shufi besar, Ahmad bin Amad al-Barnasi al-Maghribi yg dikenal dengan Syaikh Zaruq (wafat : 899 H) mengatakan:
“…menjaga stabilitas itu hukumnya wajib dan memperhatikan kemaslahatan umum itu bersifat niscaya. Oleh karena itu para ulama bersepakat bahwa melakukan ‘MAKAR’ terhadap pemimpin yang sah itu haram hukumnya, baik dalam ucapan maupun perbuatan"
Bahkan para ulama sepakat (ijma’, konsensus) sah shalat di belakang seorang pejabat ataupun orang biasa yang baik maupun yang dhalim selama kefasikannya itu tidak dilakukan saat shalat.
Oleh sebab itu Nabi Saw. bersabda...
“Tidak mencela satu kelompok masyarakat terhadap pemerintah mereka kecuali mereka akan terhalang dari kebaikan pemerintahnya itu”
Imam At Tirmidzi meriwayatkan,...
“Tidak melakukan perjalanan suatu kelompok masyarakat menuju tempat pemerintah dengan tujuan menjelek-jelekan pemerintah, kecuali Allah akan menghinakan mereka"
Abah Habib Luthfi memang hanya mengatakan kita HARUS MENGHORMATI PEMERINTAH
Harus MENGHORMATI PRESIDEN, sebab Presiden itu simbol Negara dan simbol-simbol Negara bersifat sakral
Di balik ajarannya itu, ternyata ada landasan filosofis dan didasarkan atas argumen-argumen syariat
Seperti disebutkan dalam keterangan Syaikh Ahmad Zaruq di muka bahwa menghormati pemerintah bukan hanya merupakan kewajiban yang berasaskan kearifan budaya melainkan ajaran baginda Nabi Muhammad Saw.
Baginda Nabi Muhammad Saw mengingatkan..
"Barangsiapa yang mencela pemerintah, Allah akan menghinakannya"
Kalau pejabat tersebut terbukti melakukan tindak pidana, menurut Abah Habib Luthfi ada mekanisme dan cara penanganannya. Akan tetapi pada prinsipnya jangan sampai merusak kesakralan simbol-simbol Negara
Soal maraknya kasus korupsi, misalkan,...
Abah Habib Luthfi sangat mengapresiasi KPK tetapi beliau tidak setuju apabila kemudian ekspos atas kasus-kasus itu menyebabkan hilangnya kepercayaan bangsa sendiri maupun asing terhadap Indonesia. Pelaku tindak pidana itu hanya segelintir orang jika dibandingkan dengan 240 juta lebih penduduk Indonesia.
Oleh sebab itu beberapa orang yang melakukan tindak pidana korupsi jangan diekspos seolah bangsa Indonesia adalah koruptor, sehingga para investor enggan menanamkan investasinya di Indonesia dan itu yang merugikan rakyat secara keseluruhan.
Dalam pandangan Abah Habib Luthfi menghormati pemerintah adalah bagian yang tak terpisahkan dari wujud kecintaan kepada Bangsa dan Negara. Hubungan baik Abah Habib Luthfi dengan pemerintah bisa dilihat dari kedatangan Presiden RI pada perayaan Maulid Nabi Kanzus Shalawat pada tahun 2004 dan 2014. Gubernur dan Wakil Gubernur dari berbagai provinsi, dan menteri-menteri dalam perayaan Maulid Nabi
(Dikutip dari buku “Sejarah Maulid Nabi, Meneguhkan Semangat Keislaman dan Kebangsaan Sejak Khaizuran (173 H) hingga Habib Luthfi bin Yahya (1947 M-Sekarang)”
Bagi Abah Habib Luthfi bin Yahya, bentuk NKRI sudah final, beliau tak tertarik membahas soal bentuk negara khilafah seperti yang diteriakkan sejumlah orang untuk mengganti NKRI
Beliau mengajak masyarakat menghormati presiden dan lembaga kepresidenan, juga peraturan-peraturan yang dibuat oleh para pendiri bangsa ini.
"Kita hormati presiden yg ada, kita hormati lembaga kepresidenan dengan peraturan-perat
uran yang telah dirintis oleh pendiri-pendiri bangsa ini," kata Habib Luthfi dalam sesi Wawancara Eksklusif detik. com yang tayang, Rabu, 2 Januari 2019.
Menurut Abah Habib Luthfi, jika bukan bangsa sendiri yang menghargai kepala negaranya, jangan salahkan jika negara lain juga tak menghormati Indonesia
"Efek kita tidak menghargai kepala negara, jangan dikira di luar (negeri) tidak berefek besar. Nah, kita menjaga di sini. Siapa pun pemimpin negara ini, kita wajib menghargai secara kelembagaan," kata sosok yamg berada di urutan ke-37 dari 500 tokoh muslim berpengaruh versi Pusat Studi Strategis Islami Kerajaan Jordania itu
Kepada pihak-pihak yamg selalu berteriak ganti bentuk NKRI, Habib Luthfi balik bertanya,..
"Tahun 1945 kita ada di mana, kontribusi kita apa?"
Karena generasi muda sekarang ini tak bisa berperan dalam merebut dan memperjuangkan kemerdekaan pada kurun 1945-1947, sudah semestinya meneruskan perjuangan para pahlawan itu
"Kita tinggal meneruskan, seandainya pohon ada benalu, ya cukup benalunya kita buang," papar Abah Habib Luthfi
Beliau mengingatkan, membangun bangsa tidak semudah MEMBALIKAN TELAPAK TANGAN
Sudah semestinya kebersamaan yang harus diangkat untuk saling mengisi kelemahan dan kekurangan masing-masing